Kamis, 25 Februari 2016

BERLIBUR DI MALIOBORO



Oleh: TONI KRISTIANDARU

Liburan Natal dan Tahun Baru yang lalu, saya menyempatkan diri untuk menikmati suasana di Jalan Malioboro. Perjalanan dimulai di Stasiun Tugu Yogyakarta yang legendaris itu yang merupakan batas antara Jalan Mangkubumi dan Jalan Malioboro.

Begitu menginjakkan kaki di trotoar Jalan Malioboro, lautan manusia terlihat di sisi kiri maupun kanan Jalan Malioboro yang terkenal itu. Maklum, saat itu adalah musim liburan, dimana penduduk dari berbagai daerah di Indonesia mendatangi Kota Yogyakarta. 
Begitu padatnya lalu lintas para pedestrian, sehingga kecepatan jalan saya hanya 1 km/jam. Keasyikan saya window shopping souvenir, agak terganggu dengan kewaspadaan menjaga saku kanan dan kiri dari para pengutil dompet dan handphone.

Berbagai bentuk souvenir tersedia baik di toko maupun pedagang kaki lima yang berderet sepanjang Jalan Malioboro. Mulai dari kelengkapan busana berupa topi, asesoris, kaos oblong, t-shirt, daster wanita, rok, celana panjang, celana pendek, sampai dengan alas kaki bermotif khas Yogyakarta menggoda para pelancong untuk memilikinya. 
Demikian pula cinderamata berupa replika bangunan bersejarah di Yogyakarta dan sekitarnya berupa Tugu Yogyakarta, Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan miniatur beberapa bangunan bersejarah berbaris di sepanjang emperan toko. Saya pun terpikat dengan satu replika Tugu Yogyakarta, tanpa pikir panjang saya pun setuju untuk mengeluarkan kocek sebesar Rp 30.000,00 untuk memperolehnya. Barang-barang seni seperti miniatur alat musik tradisional, miniatur alat transportasi khas Yogyakarta seperti Andong dan Becak, juga gantungan kunci tidak luput dari incaran para turis domestik dan mancanegara.


Suhu udara yang panas dan penatnya kaki semakin mengocok perut dan mengeringkan kerongkongan manakala rombong bakso, soto ayam, dan es teler durian khas Yogyakarta menyapa saya di beberapa persimpangan jalan.

Setelah bertarung melewati ratusan pedagang kaki lima dan menyibak konvoi manusia akhirnya saya tiba di Pasar Beringharjo yang merupakan ujung Jalan Malioboro. Di tempat tersebut Becak dan Andong menawarkan cara nikmat melanjutkan perjalanan. 
Namun saya memilih untuk terus melangkahkan kaki menuju dua bangunan bersejarah di depan saya, yaitu Gedung Agung di sisi kanan dan Benteng Vredeburg di sisi kiri. Setelah mengabadikan beberapa sisi menarik dari kedua bangunan bersejarah tersebut sampailah saya di Titik Nol Kota Yogyakarta, atau Pusat Kota Yogyakarta yaitu di batas antara ujung Jalan Malioboro menuju Alun Alun Utara Kota Yogyakarta. Beberapa langkah di depan Titik Nol, di sisi kiri dan kanan, teguh berdiri bangunan saksi sejarah yaitu Kantor Pos Yogyakarta dan Gedung Bank Indonesia Cabang Yogyakarta di sisi kiri di dan Gedung Bank BNI 1946 di sisi kanan.

Demikianlah perjalanan saya menyusuri Malioboro, sekian dan terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar